Minggu, 25 Maret 2012

pengembangan strategi pembelajaran

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN

            Pengembangna strategi pembelajaran dalam upaya memenuhi kebutuhan setiap siswa, gurur penjas adaptif, perlu melakukan modifikasi, baik metode pendekatan, lingkungan belajar maupun fasilitas belajar. Uraian berikut membahas mengenai ketiga factor yang perlu dimodifikasi tersebut sehingga diharapkan memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal.
1. Teknik memodifikasi pembelajaran
            Seorang guru pendidikan jasmani harus memiliki ketrampilan dalam melaksanakan teknik-teknik penguraian pembelajaran karena hal tersebut sangan bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
            Faktor-faktor yang perlu dimodifikasi dan disesuaikan para guru dalam upaya meningkatkan komunikasi dengan siswa adalah sebagai berikut :
1)      Penggunaan bahasa
2)      Membuat konsep yang konkrit
3)      Membuat urutan tugas
4)      Ketersediaan waktu belajar, dan
5)      Pendekatan “multisansori”
1) Penggunaan Bahasa
            Bahasa merupakan dasar dalam melakukan komunikasi. Mutu komunikasi yang baik antara guru dan siswa perlu ditingkatkan melalui modifikasi bahasa yang dipergunakan dalam pembelajaran.
            Sasaran memodifikasi bahasa diperuntukkan bagi semua anak, baik yang mengalami kesulitan bahasa maupun yang mengalami jenis-jenis kecacatan yang lainnya. Setiap siswa mengalami kecacatan masing-masing. Ada siswa yang hanya mampu mencerna dua kata, ada yang tiga kata.
            Berbagai cara dapat digunakan untuk memodifikasi dan menyesuaikan bahasa seseorang, namun yang tidak kalah pentingnya adalah kesadaran para guru dalam mempergunakan bahasadan mengamati bagaimana respons siswa terhadap bahasa yang kita gunakan.
            Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, mungkin diperlukan penyesuaian tentang penggunaan bahasa yang tepat, misalkan dengan cara memperpendek kalimat dan pernyataan sehingga dapat dipahami anak dengan mudah. Kita ambil contoh kata “lari ke pagar” dan “lari kembali”. Ini bisa kita singkat “lari pagar” dan “lari balik”.
            Untuk menambah perbendaharaan kita mengenal berbagai modifikasi dalam mengungkapkan istilah dan instruksi, antara lain :
*      Penyederhanaan penggunaan kata
Kata yang dipergunakan sedapat mungkin disederhanakan sehingga lebih mudah dipahami anak. Misal : untuk mengganti kata “di sebelah” diganti “di samping”, kata “mirip” diganti “sama”,dan sebagainya. Dengan demikian para guru dapat mencari dan menggunakan kata yang tepat dalam memberikan instruksi kepada siswa cacat.
*      Gunakan kata yang bermakna tunggal
Berilah kata yang bermakna tunggal terutama pada kata yang memerlukan tindakan. Misal “lari ketonggak pertama” diganti “pergi ketonggak pertama”.
·         Satu instruksi untuk satu kegiatan
·         Berikan instruksi, kemudian demonstrasikan tugas yang ingin dikerjakan.
·         Setiap instruksi, siswa disuruh mengulangi sebelum dia melaksanakan. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana informasi telah diproses anak.
*      Membuat konsep yang konkrit
Pembuatan konsep yang konkrit berkaitan dengan penggunaan bahasa yang sesuai dengan kemampuan anak. Artinya yang menjadi fokus dalam hal ini adalah bagaimana menciptakan agar tugas atau aktivitas yang akan dilakukan sungguh-sungguh dapat dipahami. Sebagai contoh, seorang guru bertanya : Berapa banyak cara yang dapat kamu gunakan untuk membuat sebuah lingkaran ? Penjelasannya dapat membuat lingkaran dalam kertas dan lingkaran dengan bergandeng tangan dan semua jawaban itu benar.
Para guru dapat mengkomunikasikan apa yang diinginklan dengan pemilihan kata yang tepat. Dengan demikian konsep lingkaran yang dijelaskan melalui demonstrasi gengan permainan menjala ikan.
Penggunaan kata dalam penjelasan jangan diubah-ubah, guru harus konsisten agar anak yang mengalami cacat tidak bingung dan mudah dipahami.
*      Pembuatan tugas secara berurutan
Untuk melaksanakan tugas ini, diasumsikan siswa mempunyai kemampuan memahami dan membuat urutan gerak secara baik. Seorang guru menyuruh siswa “berjalan ke pintu” yang sedang dalam keadaan duduk. Untuk melaksanakan tugas tersebut diperlukan langkah-langkah persiapan sebelum anak benar-benar melangkahkan kakinya menuju pintu.
Langkah-langkah yang dilakukan anak tersebut adalah sebagaiberikut : mula-mula anak mendengar perintah dari gurunya, kemudian memproses informasi, dan pempersiapkan diri untuk memberi respons, selanjutnya mengatur posisi tubuh untuk persiapan berdiri, kemudian berdiri dan jalan.
Jika seorang siswa kesulitan dalam membuat urut-urutan yang dialami, maka pelaksanaan tugas yang diperintahkan guru tersebut akan menjadi tantangan berat yang sangat berarti bagi dirinya. Oleh karena itu guru harus tanggap dan memberi bantuan sepenuhnya baik secara manual ataupun verbal pada setiap langkan dengan berurutan.
Sebagai contoh anak yang mengalami keterbelakangan mental disuruh melakukann gerakan guling depan. Guru harus memberi aba-aba. Langkah yang ditempuh : Berdiri diatas matras, lutut ditekuk, letakkan tangan di atas matras, bengkokkan badan ke depan, rapatkan dahi ke dada dan seterusnya.
Menghadapi anak-anak luarbiasa, kita selalu mengasumsikan bahwa mereka tidak dapat memahami dan memproses seluruh langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Asumsi seperti itu perlu dijadikan pegangan bagi guru, agar dalam melaksanakan tugas selalu memberikan bantuan kepada siswa.
Pemberian tugas yang berurutan berkaitan dengan memori anak yaitu kemampuan anak untuk merespon perintah dengan urut.
Pemahaman mengenai tingkat kemampuan anak akan membantu guru pendidikan jasmani dalam menentukan jumlah tugas yang diberikan.
Dalam setiap melaksanakan tugas, guru pendidikan jasmani seyogyanya selalu memberi instruksi, pengarahan atau tugas yang paling sederhana dan kemudian meningkat ke yang komplek dengan cara penggabungan.
*      Ketersediaan waktu belajar
Dalam menghadapi anak-anak cacat perlu disediakan waktu yang cukup, pada kenyataannya ada anak cacat yang mampu memproses dalam waktu sesuai dengan anak-anak normal, dan ada anak cacat yang membutuhkan waktu lebih untuk memproses informasi dan mempelajari aktivitas gerak tertentu.  Hal ii berarti diperlukan pengulangan secara menyeluruh dan peninjauan kembali semua aspek yang dipelajari.
Demikian juga dalam praktek atau berlatih, sebaiknya dibeikan waktu belajar yang lebih untuk menguasai suatu ketrampilan.Pemberian waktu belajar yang lebih dianggap juga sebagai hadiah bagi anak-anak yang mengalami kesulitan menerima informasi.
*      Pendekatan “multisensori”
Para guru pendidikan jasmani sering menggunakan teknik pembelajaran yang dapat merangsang lebih dari satu sistem sensori secara bersama-sama. Namun tidak selamanya dilakukan secara sistematis dan konsisten.
Ada kalanya anak lebih mudah mempelajari satu aktivitas bila menggunakan satu sistem sensori sebagai petunjuk, tetapi pada sisi lain mendukung sistem sensori lainnya. Pendekatan ini disebut multi sensori. Di bawah ini beberapa contoh pendekatan yang merangsang lebih dari satu sensor.
·         Uraikan tentang penampilan yang diharapkan, kemudian demonstrasikan secara verbal.
·         Siswa disuruh menguraikan kembali secaraverbal tentang tugas yang diberikan sambil melakukan gerakan yang diinginkannya.
·         Berikan koreksi dan tunjukkan penampilan yang kurang tepat serta rasakan hasil perbaikan-perbaikan tersebut dalam penampilan berikutnya.
·         Dalam memberikan pelajaran , guru menggerakkan bagian-bagian tubuh tertentu dan selanjutnya demonstrasikan gerakan tersebut secara menyeluruh.
·         Ada saatnya siswa dengan kecacatanya memerlukan kombinasi stumulus, sedangkan pada saat lain siswa tertentu hanya dapat memproses satu stimulus saja. Manun perlu diingat bahwa secara umum, anak-anak luar biasa misalnya hiperaktif, sukar berkonsentrasi, dan ketidak mampuan belajar, akan bingung apabila mendapat lebih dari satu stimulus dari suatu sistem sensor.
Bila anak tidak dapat belajar dengan sistem multisensor, maka kurangi masukan-masukan tersebut dengan hanya satu masukan saja, dan pergunakan masukan tersebut sebagai alat koreksi terhadap penampilannya dalam proses pembelajaran.
Sebagai kata kunci dari semua pendekatan yang telah dijelaskan keberhasilannya terletak pada kemampuan guru mengamati perilaku-perilaku individu dan respons motorik para siswa. Apabila kinerja siswa tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu dianalisis sebab-sebabnya dan langsung diberikan koreksi dan perbaikan-perbaikan gerak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Perlu diingat bahwa tingkat kemampuan anal-anak penyandang cacat sangat bervariasi dan setiap individu tidak selalu konsisten dalam penampilannya sesuai dengan keinginan guru pendidikan jasmani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar