Kamis, 30 November 2023

journal

 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DENGAN MATERI KONSEP GAYA MAGNET MENGGUNAKAN ALAT PERAGA MAGHNET PADA SISWA KELAS V SDN KALILEMBU KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2022/2023

 

                 Nanang Abdus Salam, Mujiyanto, Prihma Sinta Utami

 

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka Unit Program. Belajar. Jarak. Jauh. Semarang. Pokjar Kedungwuni Kabupaten. Pekalongan

Pendidikan Sejarah dan Sosiologi, FPISH, Universitas Insan Budi Utomo

 

E-mail : nanangabdussalam375@gmail.com, daenuri1501@gmail.com, prihmasintautami@budiutomomalang.ac.id

 

ABSTRAK

Hasil belajar mengajar mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Kalilembu Pekalongan pada materi konsep gaya maghnet tergolong rendah. Beberapa asumsi yang membuat hasil pembelajaran siswa rendah yaitu model pembelajaran masih terpusat pada guru, kurangnya memaksimalkan potensi siswa, rendahnya tingkat keaktifan siswa. Pada penelitian ini dimaksudkan agar hasil belajar IPA materi konsep gaya maghnet siswa kelas V SD Negeri Kalilembu Pekalongan dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan menggunakan dua siklus. Dalam tiap-tiap siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data diambil dari penilaian hasil belajar siswa, lembar aktivitas guru dan refleksi. Penelitian ini menggunakan subjek siswa kelas V SDN kalilembu Kabupaten Pekalongan tahun 2022/2023 menggunakan subjek 20 peserta didik. Persentase peserta didik yang terlibat dalam berbagai jenis perilaku di semua kategori pada Lembar Pengamatan Siswa mencerminkan pertumbuhan ini. Kelas V Sd Negeri kalilembu memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 20 siswa setelah setiap siklus terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa yaitu pra siklus (50 %) sebanyak 20 siswa dengan hanya 10 siswa yang tuntas dalam siklus I ( 75 %) peserta didik yang tuntas sebanyak 15 orang, serta pada siklus II (90 %) peserta didik  yang tuntas 18 orang murid.

 

Kata Kunci : Hasil belajar, Alat peraga magnet

 

ABSTRACT
 
The results of teaching and learning in science subjects for fifth grade students at SD Negeri Kalilembu Pekalongan on the concept of magnetic force are relatively low. Some assumptions that make student learning outcomes low are that the learning model is still teacher-centred, lack of maximizing student potential, low level of student activity. In this research, it is intended that the results of science learning material on the concept of magnetic force for class V students at Kalilembu State Elementary School, Pekalongan, using teaching aids can improve. This research is action research using two cycles. In each cycle, there are stages of planning, implementation, observation and reflection. Data was taken from student learning outcomes assessments, teacher activity sheets and reflections. This research used as subjects fifth grade students at Kalilembu Elementary School, Pekalongan Regency in 2022/2023 using 20 students as subjects. The percentage of students engaging in various types of behavior across all categories on the Student Observation Sheet reflects this growth. Class V of Kalilembu State Elementary School meets the Minimum Completeness Criteria (KKM) as many as 20 students. After each cycle there is an increase in student learning completeness, namely pre-cycle (50%) as many as 20 students with only 10 students completing in cycle I (75%) students who complete as many as 15 people, and in cycle II (90%) the students completed 18 students.
 
Keywords: Learning outcomes, magnetic teaching aids

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

           

            Pendidikan adalah usaha sadar dalam peningkatan suatu kemampuan serta kualitas seseorang supaya menjadi insan berkarakter sehingga mampu berkehidupan secara mandiri tanpa bergantung dengan orang lain. (Fitriani, 2019). Pendidikan adalah suatu investasi dalam mengembangkan kemampuan manusia, yang mempunyai peran vital meningkatan serta mengembangkan kemampuan manusia secara kontinyu oleh karena itu pemerintah berusaha untuk menggalakkan dalam kemajuan pendidikan (Rudi R, 2022). Penerapan sistem yang baik dan optimal akan mendorong pendidikan berjalan dengan baik pula. Pembelajaran adalah sari dari rangkaian pelaksanaan pendidikan (Safiudin, dkk, 2022).

Pada rangkaian pelaksanaan pembelajaran disekolah, proses pembelajaran adalah rangkaian penting guna mengukur suatu ketercapaian yang bertujuan pendidikan tergantung dari proses yang dijalani anak didik sebagai peserta dalam pendidikan. Proses belajar bukan sekedar menyangkut keadaan dalam diri murid, proses belajar juga perlu dilihat dari eksternal murid. Keadaan eksternal sangat berpengaruh pada rangkaian belajar mengajar. Hal ini meliputi materi, situasi belajar mengajar, alat dan sumber. (Lubis, 2021). Penelitian (Mainam, 2018) menunjukkan bahwa siswa bergerumbul dengan soal sains karena kemampuan pemecahan masalah mereka yang terbatas. Hal ini karena siswa kurang berpartisipasi aktif di kelas dengan memperhatikan presentasi guru, mengajukan pertanyaan, atau memberikanjawaban ketika tidak diminta secara langsung.

Ilmu alam atau sains berhubungan erat dalam proses pencarian keingintahuan mengenai sekeliling kita dengan systematis. Ilmu  atau sains tidak sekedar berwujud realitas, pemikiran, maupun prinsipal semata, ilmu alam atau sains juga berhubungan dengan penemuan-penemuan. (Nurhadi, 2014: 54). Suatu metode agar memacu apapun dari yang murid pelajari pada suatu semester dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran yang menjadikan pembelajaran tidak bisa dilupakan. Unsur-unsur yang berpengaruh dalam pembelajaran dipilah dalam dua kelampok yang terdiri dari unsur internal serta eksternal. (Jayanti, 2020). Unsur dari dalam siswa meliputi usia, keadaan mental, fisik, rasa lelah, motivasi, dan disiplin kerja adapun unsur  dari luar siswa adalah situasi kelas, suhu udara, dan materi. Interaksi dalam belajar mengajar bukan hanya berhubungan dengan keadaan internal dan eksternal anak didik saja tetapi strategi pendidik juga sangat berpengaruh. Strategi pembelajaran adalah teknik yang dipakai dalam memberikan bahan pembelajaran pada situasi belajar mengajar, terdiri dari sifat, cakupan serta runtutan pelaksanaan sehingga bisa memberi khasanah pembelajaran pada murid (Endang N, 2020).

Pada era abad 21 perubahan paradikma sangat diperlukan didalam system pendidikan dalam penyediaan bekal ketrampilan dimana siswa sangat membutuhkan agar dapat digunakan dalam kehidupan. Berdasarkan bermacam kajian konsep serta karakter abad 21, menjadikan panutan serta tantangan besar untuk pendidik dalam penyelenggaraan belajar mengajar. (Nur, n.d). Dalam menerapkan konsep IPA di pembelajaran, akan mendorong siswa agar dapat memecahkan masalah dalam menghadapi kenyataan hidup di abad 21. Pada pelajaran IPA mengajarkan pembekalan peserta didik supaya memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman belajar, utamanya untuk peserta didik yang sulit dalam pembelajaran. IPA atau sains adalah suatu pembelajaran yang membutuhkan penelitian agar mendapatkan data serta informasi mengenai alam raya  dengan metode mengamati dan  hypotesis yang telah melewati pengujian. (Naila, dkk, 2021).

            (Muhsam,dkk, 2021) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebuah ilmu yang berisi tentang fenomena sekitar kita terdiri dari benda hidup dan benda mati, bisa juga mengenai dunia dalam kehidupan serta dunia fisik. Sedangkan menurut Nurdiansyah, dkk, 2019), dalam proses belajar mengajar IPA menekankan pada pengalaman langsung dalam pengembangan kompetensi murid, supaya murid bisa mengetahui serta faham tentang keadaan disekelilingnya dengan saintifik. Berdasarkan hal tersebut perlu pengembangan pendidikan IPA dari waktu ke waktu agar dapat mengukur dalam memahami tentang IPA, apakah sudah memenuhi kualitas sehingga bisa menyaingi negara-negara di dunia ini. Menurut survey PISA pada bulan maret tahun 2019 di kelompok ilmu sains kita berada diperingkat 9 dari 71 negara yaitu mean score 396.

Pembelajaran IPA adalah proses dalam menemukan serta membentuk karakter keilmuan pada prosses belajar mengajar. Dalam pokoknya Ilmu Pengetahuan Alam dilihat pada hasil serta  pengembangan sikap. Artinya dalam pembelajaran IPA mempunyai proses, hasil serta mengembangkan wawasan saintifik. (Khasna).

Berdasarkan pengalaman terdahulu, guru IPA tingkat SD/MI  hanya memakai methode ceramah, hal ini menjadikan murid sebagai pendengar saja  serta tidak melibatkan murid didalam proses belajar mengajar. Diharapkan adanya investasi dalam merencanakan atau menciptakan pengalaman pembelajaran yang menerapkan konsep ilmiah dan kemampuan bekerja  ilmiah. Pembelajaran saintifik hendaknya diterapkan secara langsung dalam praktek, sehingga daya fikir, bertindak, serta berperilaku saintifik dan berkomunikasi dikembangkan menjadi bidang yang penting. Dengan demikian, dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah harus diberikan situasi pembelajaran secara direct, salah satunya adalah menggunakan alat peraga yang tepat dalam setiap pembelajaran IPA.

Sebagai seorang guru-pelatih, Anda harus mampu menciptakan  situasi berbeda di kelas. Kehadiran guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik. Guru hendaknya memilih metode pengajaran yang tepat agar materi pelajaran  mudah dipahami oleh siswa dan  proses belajar mengajar berjalan maksimal. Penggunaan alat bantu atau media pengajaran dapat membantu guru  mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

       Observasi dan wawancara terhadap salah satu guru pada hari Senin tanggal  7 Oktober 2023 di SD Negeri Kalilembu Kecamatan Karangdadap khususnya hasil ulangan  IPA sebanyak 20  siswa yaitu. 11  siswa mendapat nilai ≥ 70 dan 9 siswa. skor ≤ 70. Dari sini bisa ditarik kesimpulan hanya sebanyak 46% murid memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal serta 54% murid yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal, terdapat permasalahan yang teramati. Permasalahan tersebut adalah tidak memakai metode/cara pengajaran dalam kurikulum. proses pembelajaran yang menonjolkan keasyikan materi pembelajaran pada saat penyampaiannya, sehingga murid tidak perhatian pada bahan/materi dari guru, hal ini menyebabkan tidak meningkatnya kemampuan murid dan peserta didik terkesan membosankan serta tidak bersemangat ketika pendidik memberikan bahan ajar.

       Apapun metode  yang  digunakan, harus didasarkan pada prinsip bahwa metode  tidak hanya berfokus pada kinerja guru, tetapi juga kinerja siswa. Dalam upaya mengubah hasil belajar saintifik siswa, selain faktor lain, juga diperlukan kemampuan profesional guru untuk menentukan  metode/cara pengajaran disesuaikan pada topik serta diperhatikannya keinginan siswa dalam pembelajaran, berdasarkan keinginan guru. tujuan pada tahun 2010, memainkan peran, sedang bermain peran yang sama besarnya. awalnya rendah atau dibawah KKM sehingga kita bisa berusaha menaikkan KKM setinggi-tingginya (Effiyati Prihatini, 2017). Salah satu metode dalam memberikan pembelajaran nyata kepada murid yaitu metode eksperiment. Metode ini akan memberi keleluasaan pada siswa untuk berpartisipasi didalamnya dengan cara proses belajar mengajar praktik, ini merupakan bagian dari metode/cara eksperiment. Dalam menerapkan metode ini akan memberikan hal yang positip. Hal ini bisa memberikan peningkatan semangat pembelajaran anak didik ditunjukkan hasil siswa dalam menjawab saat wawancara. Dimana dalam wawancara tersebut menegaskan murid berminat serta tertarik dengan cara pembelajaran menggunakan metode eksperiment. (Meminta, 2021).

       Menurut Gagne, menempatkan alat peraga di antara sumber belajar siswa di lingkungan siswa  dapat memotivasi siswa untuk belajar. Sedangkan menurut Briggs, alat peraga adalah alat fisik yang memuat pembelajaran, dan menurut Wilbur Scrham, alat peraga adalah teknologi pesan (learning technology).

Beberapa hasil penelitian yang signifikan mengenai penggunaan metode eksperiment  menunjukkan proses belajar mengajar melalui metode eksperiment bisa menjadikan proses belajar mengajar menjadi mempunyai makna, murid menjadi actif dalam pembelajaran dan memberi manfaat yang luas. (Guntur, dkk, 2022). Jelas bisa diambil kesimpulan metode eksperiment mampu meningkatkan hasil pembelajaran anak didik dalam mapel IPA di SD.    

 

Didasarkan pada masalah tersebut, peneliti mencoba menyelesaikan hasil belajar menggunakan penerapan metode eksperiment memakai alat ajar magnet. (Adiatma, 2018) melalui metode eksperiment, guru memberikan keleluasaan kepada siswa  agar merasakan secara langsung, membuktikanserta melakukan pengamatan pada prosesnya, mengamati obyek, menganalisa, membuktikan dan menyimpulkan mengenai  obyek tersebut. Maka dengan itu, dengan penerapan metode eksperimen dengan alat ajar magnet, hasil belajar siswa akan meningkat. Pendekatan kontekstual  dapat memberikan pemahaman mempelajari suatu mata pelajaran dalam konteks dimana mata pelajaran tersebut digunakan, sehingga menjadikan mata pelajaran tersebut lebih bermakna serta membahagiakan, hal ini disebabkan peserta didik belajar mata pelajaran yang diajarkan menggunakan konteks kehidupannya sendiri, serta menggali makna dalam pembelajaran (Muhsam dan Letasado, 2020). Harapan setelah penelitian tindakan kelas dengan menunjukkan objek tertentu meningkatkan hasil belajar. Dengan bantuan alat-alat pendidikan/media pendidikan, dalam proses pembelajaran IPA, peserta didik memperoleh pengalaman langsung atau pengalaman konkrit untuk berpindah pada pengalaman abstrac, kemudian bisa menciptakan landasan berpikir yang konkrit dan mengurangi bertele-tele, serta menghasilkan pengalaman  nyata dan memajukan pemikirannya. bisnis . Siswa termotivasi, lebih bersemangat, lebih aktif, lebih energik, siswa diharapkan  aktif pada mental dan fisiknya. Peserta didik bukanlah orang hanya mendengarkan perkataan pendidik, siswa diharapkan mampu menganalisis bahan ajar secara mental, membangun ilmu pengetahuan alam sedemikian rupa agar peserta didik mau bertanya, memunculkan ide, mempertanyakan ide temannya dan tahu caranya, mengedepankan kekompakan pada kelompok mengandung maksud agar capaian pembelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan mendapat capaian lebih dari KKM 75 serta  capaian harian meningkat menjadi paling rendah 76,00. Terkait pada penelitian ini Ria Amalia Sholikhah (2014) mengatakan bahwa menggunakan dan menerapkan metode eksperiment melalui alat ajar bisa meningkatkan prestasi akademik peserta didik kelas V SD Negeri Kalilembu. Meningkatnya activitas dan nilai pembelajaran ditunjukkan pada aktivitas murid menerapkan metode tes menggunakan alat peraga magnet rata - rata 71,5% di dalam siklus I, selanjutnya dengan penambahan pendidik maka aktivitas tersebut mampu ditingkatkan menjadi 81,7% pada siklus II. Hasil pembelajaran peserta didik prasiklus rata - rata  70,65 (nilai baik), kemudian pada metode eksperimen yaitu siswa mengikuti tes dibimbing guru meningkat menjadi rata - rata 72,28 (nilai baik), dalam siklus I, pendidik memberikan penambahan sehingga nilai hasil pembelajaran menjadi rata - rata 75,09 (nilai baik) dalam siklus II.

            Mahpudin (2018) mengatakan bahwa Proces belajar mengajar menggunakan  metode eksperiment beserta alat peraga sudah baik selama proses belajar mengajar peserta didik bersemangat ikut dalam pembelajaran sungguh-sungguh, motivasinya menjadi tinggi disebabkan dapat semakin baik dalam mengartikan materi pembelajaran yang disampaikan. Penelitian tentang belajar mengajar sains terdapat juga di sebuah sekolah dasar di Negeri Kalilembu. Berdasarkan observasi  yang dilakukan sebelumnya, peneliti menemukan permasalahan yaitu kinerja siswa kelas V SD Negeri Kalilembu dalam pembelajaran materi gaya magnet masih belum maksimal. Penyebabnya adalah penyampaian bahan ajar yang membuat bosan sehingga mengesankan siswa kesulitan dan peserta didik menjadi takut, hal ini berefek pada peserta didik yang tidak menguasai prinsip yang mendasar dari pembelajaran, keinginan belajar menurun dan tidak tertarik dalam isi pelajaran sains. Agar rendahnya hasil belajar tersebut dapat diatasi harus dilaksanakan tindakan nyata, diantaranya adalah menggunakan metode eksperiment dalam proses belajar mengajar. Maka dengan itu, penelitian ini mengambil judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ipa Dengan Materi Konsep Gaya Magnet Menggunakan Alat Peraga Maghnet Pada Siswa Kelas V Sdn Kalilembu Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2022/2023”.

 

METODE

Model pembelajaran ialah model interaksinya peserta didik dan pengajar dalam kelas, menyangkut pendekatan, strategy, methode serta tehnik belajar mengajar yang digunakan pada pengajaran. (Putrantà, 2018: 2). Menurut Suprijono de Putranta, system pelajaran , meliputi tujuan, tahapan dan pengolahan kelas. Menurut Istaran, Putranta menyatakan bahwa mode pembelajaran ialah seperangkat sajian materi lengkap mencakup semua unsur sebelum, selama serta setelah belajar menajar oleh pendidik dan semua perangkat yang dipakai secara langsung atau tidak langsung pada belajar mengajar. (Putrantà, 2018 :3-4). Menurut Darmawan dan Dinn (2018:2) model pembelajaran adalah pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hasil dari pemdapat di atas bahwa model penbelajaran yaitu interaksi siswa dengan guru saat pembelajaran yang sudah direncanakan guna mencapai kompetensi yang ditentukan dan sebagai acuan untuk pendidik pada proses pembelajaran.

            Waktu dilaksanakan pada hari Senin, 7 Oktober 2023 di SD Negeri kalilembu Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2022/2023. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dimana unsur didalamnya mencakup: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

            Menurut Jannah (2015), CSRT adalah penelitian yang dilaksanakan di dalam kelas dengan ciri-ciri tertentu. Penelitian Tindakan Kelas mengutamakan kreativitas guru untuk memberikan kesempatan memecahkan masalah pembelajaran yang sudah diketahui guru. PTK merupakan makalah penelitian yang menawarkan sumber langsung permasalahan pembelajaran.

Tahapan penelitian PTK pada sebuah siklus ada empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setelah masalah terselesaikan, maka dalam melaksanakan PTK diawali siklus I. Hasil refleksi  siklus I bisa mengidentifikasi berhasil atau terhambat hasil kegiatan, selanjutnya mengidentifikasi permasalahan agar dapat menentukan langkah-langkah pada siklus II. Pengoperasian siklus kedua ini lebih ditingkatkan dibandingkan dengan siklus I. Berikut bagan prosedur penelitian :

Gambar 3.1 Desain Model Kemmis dan Mc Tanggart

Metode pada mengumpulkan data penelitian ini, adalah observasi yang digunakan untuk observasi sistematis dan pencatatan gejala-gejala yang muncul pada objek penelitian. (Margono, 2013). Wawancara diterapkan untuk mengumpulkan data yang memerlukan interaksi lewat kata-kata antara peneliti dan subjek atau responden. (Rubiyanto, 2013), dokumentasi dapat diartikan cara dalam pengumpulan informasi kemudian data yang ada dicatat. (Rubiyanto, 2013).

Tabel 1. Indikator Hasil Belajar IPA dengan Metode Eksperimen dengan alat peraga maghnet

No

proses

Masalah

Alternatif solusi

1

Analisa

Peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi gaya magnet.

Menggunakan metode eksperimen dengan alat peraga maghnet dalam pembelajaran untuk memudahkan peserta didik memahami materi.

2

sistematis

Guru tidak menggunakan metode pembelajaran inovatif.

 

Menggunakan metode pembelajaran yang menarik peserta didik dalam pembelajaran dengan alat peraga maghnet.

 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Berdasarkan data siklus PTK pelaksanaan belajar mengajar di  SD Negeri Kalilembu dapat disintesis bahwa  tingkatan ketercapaian hasil pembelajaran pra siklus mengalami peningkatan dengan  tingkat ketercapaian rata-rata sebesar 50%, siklus I dengan ketercapaian rata rata 75% serta siklus II tingkat ketercapaian rata - rata 85%. Di bawah ini data peningkatan hasil belajar IPA pada materi gaya magnet kelas V  SD Negeri Kalilembu.

Table 2. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Magnet antara Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II.

No

proses

Aspek

Pra siklus

Siklus 1

Siklus 2

1

Pembelajaran dari pra siklus sampai siklus 2 dengan menggunakan alat peraga

Rata-rata hasil belajar

70,65

73,5

85,7

 

 

 

Peserta didik yang tuntas

10

15

18

Persentase peserta didik tuntas

50 %

75 %

85 %

Peserta yang belum tutas

10

5

2

Persentase peserta didik belum tuntas

50 %

25   %

15 %

 

Eksperiment mulai Prasiklus, Siklus I, Siklus II

Didasarkan data siklus PTK kegiatan belajar mengajar  SD Negeri Kalilembu dapat disintesis bahwa  nilai rata-rata kelas dari pra siklus sebesar 70,65,  nilai rata-rata kelas sebesar 71,5 dari siklus I dan nilai rata-rata kelas sebesar 81,7 dari siklus . II meningkat. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan penelitian ini  signifikan. Melihat dari hasil siklus I dan II sudah linier dengan rumusan indikator.

            Pembahasan menghasilkan analisa data, dimana hasil penelitian adalah kerjasama antar peneliti dan pengajar. Kesuksesan kegiatan tersebut terindikasi meningkatnya hasil pembelajaran IPA siswa pada bahan ajar gaya magnit  dibuktikan dengan peningkatan hasil tes penilaian hasil pembelajaran. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Kalilembu terdiri dari 2 periode. Pada tiap-tiap siklus terdapat dari 4 tahapan, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pemantauan tindakan, dan tahap refleksi. Deskripsi tentang hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II sebagai berikut:

Sebelum melakukan kegiatan siklus pertama, dilakukan observasi awal untuk mendapatkan informasi tentang keadaan di kelas. Hasil dari observasi terhadap 14 siswa, hasil belajar menulis catatan sebesar 42,85% rata - rata 72,63, dan KKM sebesar 75. Situasi ini timbul karena penyampaian materi tidak menarik dan menimbulkan kebosanan serta terkesan sulit dan menakutkan untuk peserta didik, sehingga sebagian besar peserta didik yang tidak memahami prinsip pembelajaran akan menyebabkan keinginan mengikuti pembelajaran menurun, dan malas dengan mata pelajaran IPA. Pendidik biasanya mengarahkan siswa agar membaca bahan ajar atau menerapkan metode ceramah yang masih berpusat kepada pendidik sehingga terkesan monoton. Di dalam kelas, siswa sering kali ribut saat belajar dan terkadang berbicara sendiri. Siswa kurang memperhatikan saat belajar dan kurang antusias dalam belajar.

Peneliti kemudian merencanakan dan memutuskan untuk menggunakan metode eksperimen dalam proses pengajaran ilmu gaya magnet bersama-sama dengan guru kelas IV SD Negeri Kalilembu. Karena penggunaan metode ini dalam pembelajaran  menjamin  pemahaman  materi pembelajaran yang lebih baik dan retensi isi pelajaran yang lebih baik (Jalinus dan Ambiyar 2016). Langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (LPP).

Setelah melewati siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan meskipun belum memenuhi target yaitu 15 siswa tuntas KKM dengan prosentase sebesar 75% dari rata-rata kelas 70,65. Hasil dari siklus I dirasa kurang optimal sehingga diadakan refleksi untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dengan menggunakan metode eksperiment serta pendekatan psikologi agar peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Setelah struktur diperbaiki, dilakukan siklus II. Pada siklus II diketahui hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 73,5% dan pada siklus II sebesar 81,7% yaitu sebesar 73,5% dan pada siklus II sebesar 81,7%. Siswa yang lulus KKM sebanyak 18 orang dengan rata-rata kelas 81,7. Penelitian  Djamarah (2012), pada pembelajaran menggunakan metode eksperiment, meserta didik diberi keleluasaan agar melakukan sendiri, mengamati proces dan objek. Oleh sebab itu, hendaknya peserta didik merasakan sendiri, mendapatkan kebenaran serta berusaha menemukan teori atau dalil dan menyimpulkan dari pengalaman tersebut. Keadaan ini menjelaskan dimana metode eksperiment bisa meningkatkan aspek pengetahuan siswa. Pada faktanya pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat meningkatkan kemampuan siswa.     

Berdasarkan hasil dari pembahasan diatas hipotesa peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kalilembu dengan materi gaya magnet dengan menggunakan metode eksperiment terdapat peningkatan yang signifikan.

 

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data di atas dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dengan alat peraga magnet dapat meningkatkan hasil belajar materi gaya magnet pada materi gaya magnet. Alami. topik nyata untuk pelajaran. V siswa dalam proses belajar mengajar di SD Negeri Kalilembu. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan proporsi hasil belajar siswa pada proses belajar mengajar sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar IPA materi gaya magnet mengalami peningkatan pada prasiklus dan setiap siklus.

Pada babak penyisihan, hasil belajar menulis dongeng sebanyak 20 anak menunjukkan  rata-rata kelas sebesar 70,00. Dari 20 siswa yang mencapai kriteria prestasi minimal (MMC), terdapat 10 anak dengan persentase 50%, sedangkan  10 anak dengan persentase 50% gagal dalam MMC. Pada periode pertama, hasil akademik mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,00. Dari 20 siswa yang mencapai KKM persentase 15 anak sebesar 75%, sedangkan persentase 5 anak yang  mencapai KKM sebesar 25%. Pada siklus II terlihat adanya peningkatan yang nyata, yang tercermin dari peningkatan rata-rata kelas, yaitu meningkat menjadi 100 siswa. 85.7. Dari 20 siswa yang mencapai KKM, terdapat 20 anak yang persentasenya mencapai 90%, sedangkan yang di luar KKM terdapat 2 anak yang persentasenya mencapai 10%.

Oleh karena itu, disarankan agar guru berusaha melakukan inovasi dengan metode yang menarik minat siswa untuk belajar. Metode pembelajaran yang inovatif dan menarik  sangat mempengaruhi minat siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. 

Saran tambahan.

Berdasarkan hasil kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan, penulis memberi saran sebagai berikut:

1.      Penggunaan tehnik tanya jawab dapat menjadi metode alternatif dalam pembelajaran terutama pada kelas dengan siswa yang aktif dan suka berbicara.

2.      Hendaknya guru secara kreatif dan bijaksana memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran dikelasnya

3.      Penggunaan media pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari

4.      Guru hendaknya memotivasi siswa agar mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan memberi hasil yang memuaskan

5.      Perhatian guru kepada setiap siswa hendaknya sama agar tidak terjadi kesenjangan hasil belajar yang terlalu mencolok.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Fitriani, S. (2019). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia    Siswa Sekolah Dasar. ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Https://Doi.Org/10.30651/Else.V3i2.3011.

Rudi Ramadhan,H.P.(2022). Peran Kepala Sekolah Dalam Manajemen Pembelajaran Pada Arends, R. (2008). Learning to Teach. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Safiudin, A. M. A., & Filsaroneng. (2022). Penggunaan Metode Card Short Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Tema 1 Organ Gerak Hewan Dan Manusia. Taksonomi Jurnal Pendidikan Dasar, 2(1), 40–45.

Lubis, M. S. (2021). Belajar Dan Mengajar Sebagai Suatu Proses Pendidikan Yang Berkemajuan. JURNAL LITERASIOLOGI, 5(2), 95–105. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.47783/Literasiologi.V5i2.222.

Mainam. (2018). Penerapan Metode Stad Guna Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Kelas Iii

SDN 002 Sekip Hulu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Mitra Pendidikan, 2(11), 1217–1281.

Jayanti, I. (2020). Analisis Faktor Nternal Dan Eksternal Kesulitan Belajar Atematika Kelas V. SISTEMA: JURNAL PENDIDIKAN, 1(1). Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.24903/Sjp.V1i1.602.

Endang Nuryasana, N. D. (2020). Pengembangan Bahan Ajar Strategi Mengajar Untuk Mningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(5). Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.47492/Jip.V1i5.177.

Nur, R. N. (n.d.). BERBASIS KETERAMPILAN ABAD 21 BERORIENTASI PADA KURIKULUM 2013 TEMA CITA-CITAKU PESERTA DIDIK KELAS IV SD NEGERI OEBA 3 KOTA KUPANG. 11.

Naila, I., & Khasna, F. T. (2021). PENGARUH PEMBELAJARAN DARING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS CALON GURU SEKOLAH DASAR: SEBUAH STUDI PENDAHULUAN. Jurnal Review Pendidikan Dasar : Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian, 7(1), 42–47. https://doi.org/10.26740/jrpd.v7n1.p42-47

Muhsam, J., Hasyida, S., & Aiman, U. (2021). Implementation of Contextual Teaching and Learning and Authentic Assessments to the Science (IPA) Learning Outcomes of 4th Grade Students of Primary Schools (SD) in Kota Kupang. 5(3), 11.

Muhsam, J., & Letasado, M. R. (2020). Improving Students’ Science Process Skills for Material of Forces Through the Contextual Teaching Learning Model (CTL) in Elementary School: The 5th Progressive and Fun Education International Conference (PFEIC 2020), Surakarta, Indonesia. https://doi.org/10.2991/assehr.k.201015.013

Muhsam, J., Hasyida, S., & Aiman, U. (2021). Implementation of Contextual Teaching and Learning and Authentic Assessments to the Science (IPA) Learning Outcomes of 4th Grade Students of Primary Schools (SD) in Kota Kupang.5(3), 11.

Sudjana, D., & Wijayanti, I. E. (2018). Analisis Keterampilan Metakognitif pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan melalui Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan), 3(2), 206. https://doi.org/10.30870/educhemia.v3i2.3729

Effiyati Prihatini. (2017). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Formatif, 7(2), 172–179. Https://Doi.Org/Ttp://Dx.Doi.Org/10.30998/Formatif.V7i2.1831.

Solikati, N. (2021). Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Rangkaian Listrik Sederhana Dengan Metode Eksperimen. Jurnal Terapan Pendidikan Dasar Dan Menengah, 1(2). Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.28926/Jtpdm.V1i1.1.

Gagne ( Dalam Ismail, 1998), Komponen Sumber Belajar.

Adiatma, A. (2018). EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT BENDA BAGI SISWA TUNANETRA SLB YAKETUNIS YOGYAKARTA. 14.

Muhsam, J., & Letasado, M. R. (n.d.). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA MATERI GAYA BAGI SISWA KELAS 4 SEKOLAH DASAR. 5.

Rachman Zaman, A., & Subagio, M. (2021). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS KELAS V SD. Jurnal Pendidikan Dasar Flobamorata, 2(2), 226–236. https://doi.org/10.51494/jpdf.v2i2.349

Jannah, F. (2015). Inovasi Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas. Prosiding Seminar Nasional (pp. 27-32). Lampung: PS2DMP UNLAM.

Rubianto, R. (2013). Metode Penelitian Tindakan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jalinus, N., & Ambiyar. (2016). Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana.