UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DENGAN MATERI KONSEP GAYA MAGNET MENGGUNAKAN ALAT PERAGA MAGHNET PADA SISWA KELAS V SDN KALILEMBU KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Nanang Abdus Salam, Mujiyanto, Prihma Sinta Utami
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka Unit Program. Belajar. Jarak. Jauh. Semarang.
Pokjar Kedungwuni Kabupaten. Pekalongan
Pendidikan Sejarah dan Sosiologi, FPISH, Universitas
Insan Budi Utomo
E-mail : nanangabdussalam375@gmail.com, daenuri1501@gmail.com, prihmasintautami@budiutomomalang.ac.id
ABSTRAK
Hasil belajar mengajar mata pelajaran IPA siswa kelas V
SD Negeri Kalilembu Pekalongan pada materi konsep gaya maghnet tergolong rendah.
Beberapa asumsi yang membuat hasil pembelajaran siswa rendah yaitu
model pembelajaran masih terpusat pada guru, kurangnya memaksimalkan potensi
siswa, rendahnya tingkat keaktifan siswa.
Pada penelitian ini dimaksudkan agar hasil belajar IPA
materi konsep
gaya maghnet siswa kelas V SD Negeri Kalilembu Pekalongan dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan menggunakan dua siklus. Dalam tiap-tiap siklus melalui tahapan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data diambil dari penilaian hasil belajar siswa,
lembar aktivitas guru dan refleksi. Penelitian ini menggunakan subjek siswa kelas V SDN kalilembu Kabupaten Pekalongan tahun 2022/2023 menggunakan subjek 20 peserta didik. Persentase
peserta didik yang
terlibat dalam berbagai jenis perilaku di semua kategori pada Lembar Pengamatan
Siswa mencerminkan pertumbuhan ini. Kelas V Sd Negeri kalilembu memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 20 siswa setelah setiap siklus terjadi peningkatan
ketuntasan belajar siswa yaitu pra siklus (50 %) sebanyak 20 siswa dengan hanya 10 siswa yang tuntas dalam siklus I ( 75 %) peserta didik yang
tuntas sebanyak 15 orang, serta pada siklus II (90 %) peserta didik yang tuntas 18 orang murid.
Kata Kunci : Hasil belajar, Alat peraga magnet
ABSTRACT
The results of teaching and learning in science subjects for fifth grade students at SD Negeri Kalilembu Pekalongan on the concept of magnetic force are relatively low. Some assumptions that make student learning outcomes low are that the learning model is still teacher-centred, lack of maximizing student potential, low level of student activity. In this research, it is intended that the results of science learning material on the concept of magnetic force for class V students at Kalilembu State Elementary School, Pekalongan, using teaching aids can improve. This research is action research using two cycles. In each cycle, there are stages of planning, implementation, observation and reflection. Data was taken from student learning outcomes assessments, teacher activity sheets and reflections. This research used as subjects fifth grade students at Kalilembu Elementary School, Pekalongan Regency in 2022/2023 using 20 students as subjects. The percentage of students engaging in various types of behavior across all categories on the Student Observation Sheet reflects this growth. Class V of Kalilembu State Elementary School meets the Minimum Completeness Criteria (KKM) as many as 20 students. After each cycle there is an increase in student learning completeness, namely pre-cycle (50%) as many as 20 students with only 10 students completing in cycle I (75%) students who complete as many as 15 people, and in cycle II (90%) the students completed 18 students.
Keywords: Learning outcomes, magnetic teaching aids
Pendidikan
adalah usaha sadar dalam peningkatan suatu kemampuan serta kualitas seseorang supaya menjadi insan berkarakter sehingga mampu berkehidupan secara mandiri tanpa bergantung dengan orang lain. (Fitriani, 2019). Pendidikan adalah suatu investasi dalam mengembangkan kemampuan manusia, yang mempunyai peran vital meningkatan
serta mengembangkan kemampuan manusia
secara kontinyu oleh karena itu pemerintah berusaha untuk menggalakkan dalam kemajuan
pendidikan (Rudi
R, 2022). Penerapan sistem yang baik dan optimal akan mendorong
pendidikan berjalan dengan baik pula.
Pembelajaran adalah sari dari rangkaian pelaksanaan pendidikan (Safiudin, dkk, 2022).
Pada rangkaian pelaksanaan pembelajaran disekolah, proses pembelajaran adalah rangkaian penting guna
mengukur suatu ketercapaian yang bertujuan pendidikan tergantung dari proses yang dijalani anak didik sebagai peserta dalam
pendidikan. Proses belajar bukan sekedar menyangkut
keadaan dalam diri murid, proses belajar juga perlu dilihat dari eksternal murid. Keadaan eksternal sangat berpengaruh pada rangkaian belajar mengajar. Hal ini meliputi materi, situasi belajar mengajar, alat dan sumber. (Lubis, 2021). Penelitian
(Mainam, 2018) menunjukkan
bahwa siswa bergerumbul dengan soal sains karena kemampuan pemecahan
masalah mereka yang terbatas. Hal ini karena siswa kurang berpartisipasi aktif
di kelas dengan memperhatikan presentasi guru, mengajukan pertanyaan, atau
memberikanjawaban ketika tidak diminta secara langsung.
Ilmu alam atau sains berhubungan erat dalam proses pencarian
keingintahuan mengenai sekeliling
kita dengan systematis. Ilmu atau sains tidak sekedar berwujud realitas, pemikiran, maupun prinsipal semata, ilmu alam atau sains juga berhubungan dengan penemuan-penemuan. (Nurhadi, 2014: 54). Suatu metode agar memacu apapun dari yang murid pelajari pada suatu semester dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran yang
menjadikan pembelajaran tidak bisa dilupakan. Unsur-unsur yang berpengaruh dalam pembelajaran dipilah dalam dua kelampok yang terdiri
dari unsur internal serta eksternal. (Jayanti,
2020). Unsur dari dalam siswa meliputi usia, keadaan mental, fisik, rasa lelah, motivasi, dan disiplin kerja
adapun unsur dari luar siswa adalah situasi kelas, suhu udara, dan materi. Interaksi dalam belajar mengajar bukan hanya berhubungan dengan
keadaan internal dan eksternal anak didik saja tetapi strategi pendidik juga sangat
berpengaruh. Strategi pembelajaran adalah teknik yang dipakai dalam memberikan bahan pembelajaran pada situasi belajar mengajar, terdiri dari sifat, cakupan serta runtutan pelaksanaan sehingga bisa memberi
khasanah pembelajaran pada murid (Endang
N, 2020).
Pada era
abad 21 perubahan paradikma sangat diperlukan didalam system pendidikan dalam
penyediaan bekal ketrampilan dimana siswa sangat membutuhkan agar dapat
digunakan dalam kehidupan. Berdasarkan bermacam kajian konsep serta karakter
abad 21, menjadikan panutan serta tantangan besar untuk pendidik dalam penyelenggaraan
belajar mengajar. (Nur, n.d). Dalam menerapkan konsep IPA di pembelajaran, akan mendorong siswa agar
dapat memecahkan masalah dalam menghadapi kenyataan hidup di abad 21. Pada pelajaran IPA mengajarkan pembekalan peserta didik
supaya memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman belajar, utamanya untuk peserta didik yang sulit dalam pembelajaran. IPA atau sains adalah suatu pembelajaran yang membutuhkan penelitian agar mendapatkan data serta informasi mengenai alam raya dengan metode mengamati dan hypotesis yang telah melewati pengujian. (Naila, dkk, 2021).
(Muhsam,dkk, 2021) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebuah ilmu yang berisi tentang fenomena sekitar kita terdiri dari benda hidup dan benda mati, bisa juga mengenai dunia dalam kehidupan serta dunia fisik. Sedangkan menurut Nurdiansyah, dkk, 2019), dalam
proses belajar mengajar IPA
menekankan pada pengalaman
langsung dalam pengembangan kompetensi murid, supaya murid bisa mengetahui serta faham tentang keadaan disekelilingnya
dengan saintifik. Berdasarkan hal
tersebut perlu pengembangan pendidikan IPA dari waktu ke waktu agar dapat
mengukur dalam memahami tentang IPA, apakah sudah memenuhi
kualitas sehingga bisa menyaingi
negara-negara di dunia ini. Menurut survey PISA pada bulan maret tahun
2019 di kelompok ilmu sains kita berada diperingkat 9 dari 71 negara yaitu mean score 396.
Pembelajaran IPA adalah proses dalam menemukan serta membentuk karakter keilmuan pada prosses belajar mengajar. Dalam pokoknya Ilmu Pengetahuan Alam dilihat pada hasil serta pengembangan
sikap. Artinya dalam pembelajaran IPA mempunyai proses, hasil serta mengembangkan wawasan saintifik. (Khasna).
Berdasarkan pengalaman terdahulu, guru IPA tingkat
SD/MI hanya memakai methode ceramah, hal ini menjadikan
murid sebagai pendengar saja serta tidak melibatkan
murid didalam proses belajar mengajar. Diharapkan adanya investasi dalam merencanakan atau
menciptakan pengalaman pembelajaran yang menerapkan konsep ilmiah dan kemampuan
bekerja ilmiah. Pembelajaran saintifik
hendaknya diterapkan secara langsung dalam praktek, sehingga daya fikir, bertindak, serta berperilaku saintifik dan berkomunikasi
dikembangkan menjadi bidang yang penting. Dengan demikian, dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar atau
Madrasah Ibtidaiyah harus diberikan situasi pembelajaran secara direct, salah satunya adalah menggunakan alat peraga yang tepat
dalam setiap pembelajaran IPA.
Sebagai seorang
guru-pelatih, Anda harus mampu menciptakan
situasi berbeda di kelas. Kehadiran guru diharapkan dapat menciptakan
lingkungan belajar yang baik. Guru hendaknya memilih metode pengajaran yang
tepat agar materi pelajaran mudah
dipahami oleh siswa dan proses belajar
mengajar berjalan maksimal. Penggunaan alat bantu atau media pengajaran dapat
membantu guru mencapai tujuan pendidikan
yang diharapkan.
Observasi
dan wawancara terhadap salah satu guru pada hari Senin tanggal 7 Oktober 2023 di SD Negeri Kalilembu
Kecamatan Karangdadap khususnya hasil ulangan
IPA sebanyak 20 siswa yaitu.
11 siswa mendapat nilai ≥ 70 dan 9
siswa. skor ≤ 70. Dari sini bisa ditarik kesimpulan hanya sebanyak 46% murid memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal serta 54% murid yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal, terdapat permasalahan yang teramati. Permasalahan tersebut
adalah tidak memakai metode/cara pengajaran dalam kurikulum. proses
pembelajaran yang menonjolkan keasyikan materi pembelajaran pada saat
penyampaiannya, sehingga murid tidak perhatian pada bahan/materi dari guru, hal ini menyebabkan tidak meningkatnya kemampuan murid dan peserta didik terkesan membosankan serta tidak bersemangat ketika pendidik memberikan bahan ajar.
Apapun
metode yang digunakan, harus didasarkan pada prinsip
bahwa metode tidak hanya berfokus pada
kinerja guru, tetapi juga kinerja siswa. Dalam upaya mengubah hasil belajar
saintifik siswa, selain faktor lain, juga diperlukan kemampuan profesional guru
untuk menentukan metode/cara pengajaran disesuaikan pada topik serta diperhatikannya keinginan siswa
dalam pembelajaran,
berdasarkan keinginan guru. tujuan pada tahun 2010, memainkan peran, sedang
bermain peran yang sama besarnya. awalnya rendah atau dibawah KKM sehingga kita
bisa berusaha menaikkan KKM setinggi-tingginya (Effiyati Prihatini, 2017).
Salah satu metode dalam memberikan pembelajaran nyata kepada murid yaitu metode
eksperiment. Metode
ini akan memberi keleluasaan pada
siswa untuk berpartisipasi didalamnya dengan cara proses
belajar mengajar praktik, ini merupakan bagian dari metode/cara eksperiment. Dalam menerapkan metode ini akan memberikan hal yang positip. Hal ini bisa memberikan peningkatan semangat pembelajaran anak didik
ditunjukkan hasil siswa dalam menjawab saat wawancara. Dimana dalam wawancara tersebut menegaskan murid berminat serta tertarik dengan cara pembelajaran menggunakan metode eksperiment. (Meminta, 2021).
Menurut Gagne, menempatkan alat peraga di antara sumber
belajar siswa di lingkungan siswa dapat
memotivasi siswa untuk belajar. Sedangkan menurut Briggs, alat peraga adalah
alat fisik yang memuat pembelajaran, dan menurut Wilbur Scrham, alat peraga
adalah teknologi pesan (learning technology).
Beberapa hasil penelitian yang signifikan
mengenai penggunaan metode eksperiment menunjukkan proses belajar mengajar melalui metode eksperiment bisa
menjadikan proses belajar mengajar menjadi mempunyai makna, murid menjadi actif dalam pembelajaran dan memberi manfaat yang luas. (Guntur, dkk, 2022). Jelas bisa diambil kesimpulan metode eksperiment mampu meningkatkan hasil pembelajaran anak didik dalam
mapel IPA di SD.
Didasarkan pada masalah tersebut, peneliti mencoba menyelesaikan hasil belajar menggunakan penerapan metode eksperiment memakai alat
ajar magnet. (Adiatma, 2018) melalui metode eksperiment, guru memberikan keleluasaan kepada siswa
agar merasakan secara langsung, membuktikan, serta melakukan pengamatan pada prosesnya, mengamati obyek, menganalisa, membuktikan dan menyimpulkan mengenai obyek tersebut. Maka dengan itu, dengan penerapan metode eksperimen dengan
alat ajar magnet, hasil belajar siswa akan meningkat. Pendekatan
kontekstual dapat memberikan pemahaman
mempelajari suatu mata pelajaran dalam konteks dimana mata pelajaran tersebut
digunakan, sehingga menjadikan mata pelajaran tersebut lebih bermakna serta membahagiakan, hal ini disebabkan peserta didik belajar mata pelajaran yang diajarkan menggunakan konteks
kehidupannya sendiri, serta menggali makna
dalam pembelajaran (Muhsam dan Letasado, 2020). Harapan setelah penelitian
tindakan kelas dengan menunjukkan objek tertentu meningkatkan hasil belajar.
Dengan bantuan alat-alat pendidikan/media pendidikan, dalam proses pembelajaran
IPA, peserta didik memperoleh pengalaman langsung atau pengalaman konkrit untuk
berpindah pada pengalaman
abstrac, kemudian bisa menciptakan landasan berpikir yang konkrit dan
mengurangi bertele-tele, serta menghasilkan pengalaman nyata dan memajukan pemikirannya. bisnis .
Siswa termotivasi, lebih bersemangat, lebih aktif, lebih energik, siswa
diharapkan aktif pada mental dan fisiknya. Peserta didik
bukanlah orang hanya mendengarkan perkataan pendidik, siswa diharapkan mampu menganalisis bahan ajar secara mental, membangun ilmu pengetahuan alam
sedemikian rupa agar peserta didik mau bertanya, memunculkan ide, mempertanyakan ide temannya dan
tahu caranya, mengedepankan kekompakan pada kelompok mengandung maksud agar capaian pembelajaran
IPA dapat ditingkatkan dengan mendapat
capaian lebih dari KKM 75 serta capaian harian meningkat menjadi paling rendah 76,00. Terkait pada penelitian ini Ria Amalia Sholikhah (2014) mengatakan bahwa menggunakan dan menerapkan
metode eksperiment melalui
alat ajar bisa
meningkatkan prestasi akademik peserta didik kelas V SD Negeri
Kalilembu. Meningkatnya activitas dan nilai pembelajaran ditunjukkan
pada aktivitas murid menerapkan metode tes menggunakan alat peraga magnet rata - rata 71,5% di dalam siklus
I, selanjutnya dengan penambahan pendidik maka aktivitas tersebut mampu ditingkatkan menjadi 81,7% pada siklus II. Hasil pembelajaran peserta didik
prasiklus rata - rata
70,65 (nilai baik), kemudian pada metode eksperimen yaitu siswa
mengikuti tes dibimbing
guru meningkat menjadi rata - rata 72,28 (nilai baik), dalam siklus I, pendidik memberikan penambahan sehingga nilai hasil pembelajaran menjadi
rata - rata
75,09 (nilai baik) dalam siklus II.
Mahpudin
(2018) mengatakan bahwa Proces belajar mengajar menggunakan metode eksperiment beserta alat peraga sudah baik selama
proses belajar mengajar peserta didik bersemangat ikut dalam pembelajaran sungguh-sungguh, motivasinya menjadi tinggi
disebabkan dapat semakin baik dalam mengartikan materi pembelajaran
yang disampaikan. Penelitian
tentang belajar mengajar sains
terdapat juga di sebuah sekolah dasar di Negeri Kalilembu.
Berdasarkan observasi yang dilakukan
sebelumnya, peneliti menemukan permasalahan yaitu kinerja siswa kelas V SD
Negeri Kalilembu dalam pembelajaran materi gaya magnet masih belum maksimal.
Penyebabnya adalah penyampaian bahan ajar yang membuat bosan sehingga mengesankan siswa kesulitan dan peserta didik menjadi
takut, hal ini berefek pada peserta didik yang
tidak menguasai prinsip yang mendasar dari pembelajaran,
keinginan belajar menurun dan tidak tertarik dalam isi
pelajaran sains. Agar
rendahnya hasil belajar tersebut dapat diatasi harus dilaksanakan
tindakan nyata, diantaranya adalah menggunakan metode eksperiment dalam proses belajar mengajar. Maka dengan itu,
penelitian ini mengambil judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ipa Dengan Materi Konsep Gaya Magnet Menggunakan Alat Peraga Maghnet Pada Siswa Kelas V Sdn Kalilembu Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2022/2023”.
METODE
Model pembelajaran
ialah model interaksinya peserta didik dan pengajar dalam kelas,
menyangkut pendekatan, strategy, methode serta tehnik belajar mengajar yang digunakan pada pengajaran. (Putrantà , 2018: 2). Menurut Suprijono de
Putranta, system pelajaran , meliputi tujuan, tahapan dan pengolahan kelas.
Menurut Istaran, Putranta menyatakan bahwa mode pembelajaran ialah seperangkat sajian materi lengkap
mencakup semua unsur sebelum, selama serta setelah belajar menajar oleh pendidik dan
semua perangkat yang dipakai secara
langsung atau tidak langsung pada belajar
mengajar. (Putrantà , 2018 :3-4).
Menurut Darmawan dan Dinn (2018:2) model pembelajaran adalah pola umum perilaku
pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Hasil dari pemdapat di atas bahwa model penbelajaran yaitu
interaksi siswa dengan guru saat pembelajaran yang sudah direncanakan guna
mencapai kompetensi yang ditentukan dan sebagai acuan untuk pendidik pada proses pembelajaran.
Waktu dilaksanakan
pada hari Senin, 7 Oktober 2023 di SD Negeri kalilembu Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2022/2023. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dimana unsur
didalamnya mencakup: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Menurut Jannah (2015), CSRT adalah
penelitian yang dilaksanakan di
dalam kelas dengan ciri-ciri
tertentu. Penelitian Tindakan
Kelas mengutamakan kreativitas guru untuk memberikan
kesempatan memecahkan masalah pembelajaran yang sudah diketahui guru. PTK
merupakan makalah penelitian yang menawarkan sumber langsung permasalahan
pembelajaran.
Tahapan penelitian PTK pada sebuah siklus ada empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Setelah masalah terselesaikan, maka dalam melaksanakan PTK
diawali siklus I. Hasil refleksi siklus
I bisa
mengidentifikasi berhasil atau terhambat hasil
kegiatan, selanjutnya mengidentifikasi permasalahan agar dapat menentukan langkah-langkah pada siklus II.
Pengoperasian siklus kedua ini lebih ditingkatkan dibandingkan dengan siklus I. Berikut bagan prosedur penelitian :
Gambar 3.1 Desain Model Kemmis dan Mc Tanggart
Metode pada mengumpulkan data penelitian ini, adalah observasi yang digunakan untuk observasi sistematis dan
pencatatan gejala-gejala yang muncul pada objek penelitian. (Margono, 2013). Wawancara diterapkan untuk mengumpulkan data yang memerlukan interaksi lewat kata-kata antara peneliti dan subjek atau responden. (Rubiyanto, 2013), dokumentasi dapat diartikan cara dalam pengumpulan informasi kemudian data yang ada dicatat. (Rubiyanto, 2013).
Tabel 1. Indikator Hasil Belajar IPA dengan Metode
Eksperimen dengan alat peraga maghnet
No
|
proses
|
Masalah
|
Alternatif solusi
|
1
|
Analisa
|
Peserta didik mengalami kesulitan dalam
memahami materi gaya magnet. |
Menggunakan metode eksperimen dengan alat
peraga maghnet dalam pembelajaran untuk memudahkan peserta didik memahami
materi. |
2
|
sistematis
|
Guru tidak menggunakan metode pembelajaran
inovatif. |
Menggunakan metode pembelajaran yang menarik
peserta didik dalam pembelajaran dengan alat peraga maghnet. |
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
data siklus PTK pelaksanaan belajar
mengajar di
SD Negeri Kalilembu dapat disintesis bahwa tingkatan
ketercapaian hasil pembelajaran pra
siklus mengalami peningkatan dengan
tingkat ketercapaian rata-rata sebesar 50%, siklus I dengan ketercapaian
rata – rata 75% serta siklus
II tingkat ketercapaian rata - rata
85%. Di bawah ini data peningkatan hasil belajar IPA pada materi gaya magnet
kelas V SD Negeri Kalilembu.
Table 2.
Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Magnet antara Pra siklus, Siklus I,
dan Siklus II.
No
|
proses
|
Aspek
|
Pra siklus
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
1
|
Pembelajaran dari pra siklus sampai
siklus 2 dengan menggunakan alat peraga
|
Rata-rata hasil belajar
|
70,65
|
73,5
|
85,7
|
|
Peserta didik yang tuntas
|
10
|
15
|
18
|
|
Persentase peserta didik tuntas
|
50 %
|
75 %
|
85 %
|
||
Peserta yang belum tutas
|
10
|
5
|
2
|
||
Persentase peserta didik belum
tuntas
|
50 %
|
25 %
|
15 %
|
Eksperiment
mulai Prasiklus, Siklus I, Siklus II
Didasarkan
data siklus PTK kegiatan belajar mengajar SD Negeri Kalilembu dapat disintesis
bahwa nilai rata-rata kelas dari pra
siklus sebesar 70,65, nilai rata-rata
kelas sebesar 71,5 dari siklus I dan nilai rata-rata kelas sebesar 81,7 dari
siklus . II meningkat. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan
penelitian ini signifikan. Melihat
dari hasil siklus I dan II sudah linier
dengan rumusan indikator.
Pembahasan menghasilkan analisa data, dimana hasil penelitian adalah kerjasama antar peneliti dan pengajar. Kesuksesan kegiatan tersebut terindikasi meningkatnya hasil pembelajaran IPA siswa pada bahan ajar gaya magnit dibuktikan dengan peningkatan hasil tes
penilaian hasil pembelajaran. Penelitian ini dilakukan
pada siswa kelas IV SD Negeri Kalilembu terdiri dari 2 periode. Pada tiap-tiap siklus terdapat dari 4 tahapan, terdiri dari perencanaan
tindakan, pelaksanaan
tindakan, pemantauan
tindakan, dan tahap
refleksi. Deskripsi
tentang hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II sebagai berikut:
Sebelum
melakukan kegiatan siklus pertama, dilakukan
observasi awal untuk mendapatkan informasi
tentang keadaan di kelas. Hasil dari observasi terhadap 14 siswa, hasil belajar
menulis catatan sebesar
42,85% rata - rata 72,63, dan KKM sebesar 75. Situasi ini timbul karena penyampaian materi tidak menarik dan menimbulkan kebosanan serta terkesan
sulit dan menakutkan untuk peserta didik,
sehingga sebagian besar peserta
didik yang tidak memahami prinsip pembelajaran akan menyebabkan keinginan mengikuti pembelajaran menurun, dan malas dengan mata pelajaran IPA. Pendidik biasanya mengarahkan siswa agar membaca bahan ajar atau menerapkan metode
ceramah yang masih berpusat kepada pendidik sehingga
terkesan monoton. Di dalam kelas, siswa sering kali ribut saat belajar dan
terkadang berbicara sendiri. Siswa kurang memperhatikan saat belajar dan kurang
antusias dalam belajar.
Peneliti
kemudian merencanakan dan memutuskan untuk menggunakan metode eksperimen dalam
proses pengajaran ilmu gaya magnet bersama-sama dengan guru kelas IV SD Negeri
Kalilembu. Karena penggunaan metode ini dalam pembelajaran menjamin
pemahaman materi pembelajaran
yang lebih baik dan retensi isi pelajaran yang lebih baik (Jalinus dan Ambiyar
2016). Langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(LPP).
Setelah melewati siklus
I hasil belajar siswa mengalami peningkatan meskipun belum memenuhi target
yaitu 15 siswa tuntas KKM dengan prosentase sebesar 75% dari rata-rata kelas
70,65. Hasil dari siklus I dirasa kurang optimal sehingga diadakan refleksi untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal dengan menggunakan metode eksperiment
serta pendekatan psikologi agar peserta didik lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
Setelah
struktur diperbaiki, dilakukan siklus II. Pada siklus II diketahui hasil
belajar siswa pada siklus I sebesar 73,5% dan pada siklus II sebesar 81,7%
yaitu sebesar 73,5% dan pada siklus II sebesar 81,7%. Siswa yang lulus KKM
sebanyak 18 orang dengan rata-rata kelas 81,7. Penelitian Djamarah (2012), pada pembelajaran
menggunakan metode eksperiment, meserta didik diberi keleluasaan agar melakukan sendiri, mengamati proces dan objek. Oleh sebab itu, hendaknya peserta didik merasakan
sendiri, mendapatkan
kebenaran serta
berusaha menemukan teori atau dalil dan menyimpulkan dari pengalaman tersebut. Keadaan ini menjelaskan dimana metode eksperiment bisa meningkatkan
aspek pengetahuan siswa. Pada faktanya pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat
meningkatkan kemampuan siswa.
Berdasarkan hasil dari
pembahasan diatas hipotesa peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD
Negeri Kalilembu dengan materi gaya magnet dengan menggunakan metode
eksperiment terdapat peningkatan yang signifikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data di atas dan
pembahasan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode eksperimen dengan alat peraga magnet dapat meningkatkan
hasil belajar materi gaya magnet pada materi gaya magnet. Alami. topik nyata
untuk pelajaran. V siswa dalam proses belajar mengajar di SD Negeri Kalilembu.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan proporsi hasil belajar
siswa pada proses belajar mengajar sebelum dan sesudah dilakukan tindakan.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar IPA materi gaya
magnet mengalami peningkatan pada prasiklus dan setiap siklus.
Pada babak
penyisihan, hasil belajar menulis dongeng sebanyak 20 anak menunjukkan rata-rata kelas sebesar 70,00. Dari 20 siswa
yang mencapai kriteria prestasi minimal (MMC), terdapat 10 anak dengan
persentase 50%, sedangkan 10 anak dengan
persentase 50% gagal dalam MMC. Pada periode pertama, hasil akademik mengalami
peningkatan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,00. Dari
20 siswa yang mencapai KKM persentase 15 anak sebesar 75%, sedangkan persentase
5 anak yang mencapai KKM sebesar 25%.
Pada siklus II terlihat adanya peningkatan yang nyata, yang tercermin dari
peningkatan rata-rata kelas, yaitu meningkat menjadi 100 siswa. 85.7. Dari 20
siswa yang mencapai KKM, terdapat 20 anak yang persentasenya mencapai 90%,
sedangkan yang di luar KKM terdapat 2 anak yang persentasenya mencapai 10%.
Oleh karena itu, disarankan agar
guru berusaha melakukan inovasi dengan metode yang menarik minat siswa untuk
belajar. Metode pembelajaran yang inovatif dan menarik sangat mempengaruhi minat siswa sehingga
dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Saran
tambahan.
Berdasarkan hasil kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah
dilakukan, penulis memberi saran sebagai berikut:
1.
Penggunaan
tehnik tanya jawab dapat menjadi metode alternatif dalam pembelajaran terutama
pada kelas dengan siswa yang aktif dan suka berbicara.
2.
Hendaknya guru
secara kreatif dan bijaksana memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk
pembelajaran dikelasnya
3.
Penggunaan
media pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari
4.
Guru hendaknya
memotivasi siswa agar mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan memberi hasil yang memuaskan
5.
Perhatian guru
kepada setiap siswa hendaknya sama agar tidak terjadi kesenjangan hasil belajar
yang terlalu mencolok.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, S. (2019). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan
Akhlak Mulia Siswa Sekolah Dasar. ELSE
(Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah
Dasar. Https://Doi.Org/10.30651/Else.V3i2.3011.
Rudi Ramadhan,H.P.(2022).
Peran Kepala Sekolah Dalam Manajemen Pembelajaran Pada Arends,
R. (2008). Learning to Teach. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Safiudin, A. M. A., &
Filsaroneng. (2022). Penggunaan Metode Card Short Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Tema 1 Organ Gerak Hewan Dan Manusia. Taksonomi Jurnal
Pendidikan Dasar, 2(1), 40–45.
Lubis, M. S. (2021). Belajar
Dan Mengajar Sebagai Suatu Proses Pendidikan Yang Berkemajuan. JURNAL
LITERASIOLOGI, 5(2), 95–105. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.47783/Literasiologi.V5i2.222.
Mainam.
(2018). Penerapan Metode Stad Guna Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Kelas Iii
SDN 002
Sekip Hulu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Mitra Pendidikan,
2(11), 1217–1281.
Jayanti,
I. (2020). Analisis Faktor Nternal Dan Eksternal Kesulitan Belajar Atematika
Kelas V. SISTEMA: JURNAL PENDIDIKAN, 1(1). Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.24903/Sjp.V1i1.602.
Endang Nuryasana, N. D. (2020). Pengembangan Bahan Ajar
Strategi Mengajar Untuk Mningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa. Jurnal
Inovasi Penelitian, 1(5). Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.47492/Jip.V1i5.177.
Nur, R. N. (n.d.). BERBASIS KETERAMPILAN ABAD 21
BERORIENTASI PADA KURIKULUM 2013 TEMA CITA-CITAKU PESERTA DIDIK KELAS IV SD
NEGERI OEBA 3 KOTA KUPANG. 11.
Naila, I., & Khasna, F. T. (2021). PENGARUH
PEMBELAJARAN DARING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS CALON GURU SEKOLAH DASAR:
SEBUAH STUDI PENDAHULUAN. Jurnal Review Pendidikan Dasar : Jurnal Kajian Pendidikan
dan Hasil Penelitian, 7(1), 42–47. https://doi.org/10.26740/jrpd.v7n1.p42-47
Muhsam, J., Hasyida, S., & Aiman, U. (2021). Implementation
of Contextual Teaching and Learning and Authentic Assessments to the Science
(IPA) Learning Outcomes of 4th Grade Students of Primary Schools (SD) in
Kota Kupang. 5(3), 11.
Muhsam, J., & Letasado, M. R. (2020). Improving
Students’ Science Process Skills for Material of Forces Through the Contextual
Teaching Learning Model (CTL) in Elementary School: The 5th Progressive and Fun
Education International Conference (PFEIC 2020), Surakarta, Indonesia. https://doi.org/10.2991/assehr.k.201015.013
Muhsam, J., Hasyida, S., & Aiman, U. (2021). Implementation
of Contextual Teaching and Learning and Authentic Assessments to the Science
(IPA) Learning Outcomes of 4th Grade Students of Primary Schools (SD) in Kota Kupang.5(3),
11.
Sudjana, D., & Wijayanti, I. E. (2018). Analisis
Keterampilan Metakognitif pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
melalui Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. EduChemia (Jurnal Kimia dan
Pendidikan), 3(2), 206. https://doi.org/10.30870/educhemia.v3i2.3729
Effiyati Prihatini. (2017). Pengaruh Metode Pembelajaran
Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Formatif, 7(2),
172–179. Https://Doi.Org/Ttp://Dx.Doi.Org/10.30998/Formatif.V7i2.1831.
Solikati, N. (2021). Peningkatan Prestasi Belajar IPA
Materi Rangkaian Listrik Sederhana Dengan Metode Eksperimen. Jurnal Terapan
Pendidikan Dasar Dan Menengah, 1(2). Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.28926/Jtpdm.V1i1.1.
Gagne ( Dalam Ismail, 1998),
Komponen Sumber Belajar.
Adiatma, A. (2018). EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT BENDA BAGI SISWA TUNANETRA SLB YAKETUNIS
YOGYAKARTA. 14.
Muhsam, J., & Letasado, M. R. (n.d.). PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA MATERI GAYA BAGI SISWA
KELAS 4 SEKOLAH DASAR. 5.
Rachman
Zaman, A., & Subagio, M. (2021). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS KELAS V SD.
Jurnal Pendidikan Dasar Flobamorata, 2(2), 226–236.
https://doi.org/10.51494/jpdf.v2i2.349
Jannah,
F. (2015). Inovasi Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran
melalui Penelitian Tindakan Kelas. Prosiding Seminar Nasional (pp. 27-32).
Lampung: PS2DMP UNLAM.
Rubianto, R. (2013). Metode Penelitian Tindakan. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jalinus, N., & Ambiyar. (2016). Media dan Sumber
Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana.