Jumat, 08 Juni 2012

RORO JONGGRANG


RORO JONGRANG DAN CANDI PRAMBANAN
Dahulu kala, di daerah Yogyakarta terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang raja bijaksana bernama Boko. Kerajaan itu bernama Prambanan. Negerinya damai dan rakyatnya hidup aman serta sejahtera.
Namun, kedamaian dan ketentraman itu terusik ketika dating pasukan dari kerajaan Pengging yang menyerang kerajaan Prambanan. Kerajaan Pengging dipimpin oleh yang sakti tapi jahat dan kejam. Raja itu bernama Bandung Bondowoso. Prajurit kerajaan Prambanan akhirnya tidak mampu membendung serangan dari prajurit kerajaan pengging. Akibatnya, kerajaan prambanan jatuh ke tangan raja kerajaan pengging. Kekuasaan raja boko pun beralih ketangan raja bandung Bondowoso. Sayangnya, Bandung Bondowoso memerintah dengan kejam.
“Hai, dengarlah kalian semua ! siapapun yang berani menentang perintahku, akan aku binasakan”, begitulah maklumat dari Bandung Bondowoso.
Tidak satupun orang yang berani menentangnya. Rakyatpun semakin tertindas. Selain kejam, Bandung Bondowoso juga sangat sakti. Ia memiliki pasukan jin yang jahat dan menyeramkan.
Suatu hari, ketika Bandung Bondowoso sedang berkeliling istana, ia melihat seorang gadis cantik. Setelah melihat gadis itu untuk pertama kalinya, Bandung Bondowoso jadi sering memperhatikan gerak gerik gadis itu. Ternyata, gadis cantik itu bernama Roro Jonggrang, putrid dari raja Boko. Bandung Bondowoso semakin lama tertarik dengan Roro Jonggrang.
“Wah, cantik benar gadis itu. Dia harus jadi permaisuriku”, pikir Bandung Bondowoso.
Keesokan harinya, Bandung Bondowoso menghampiri Roro Jonggrang. Iapun mengutarakan niatnya. “Hai gadis cantik, maukah kamu menjadi pernaisuriku?”
Roro Jonggrang yang kala itu tidak menduga Bandung Bondowoso akan mengatakan hal itu menjadi kaget, “Apa yang harus aku lakukan?” pikir Roro Jonggrang. Roro Jonggrang yang sudah mengetahui tabiat Bandung Bondowoso yang jahat sebenarnya tidak menyukai Bandung Bondowoso. Tapi, jika ia menolak, Bandung Bondowoso pasti akan marah besar. Hal itu dapat mencelakai dirinya dan rakyat prambanan. Roro Jonggrang pun kebingungan. Ia berusaha mencari cara untuk menolak keinginan Bandung Bondowoso.
“Jawab pertanyaanku Roro Jonggrang !” kata Bandung Bondowoso.
Roro Jonggrang terus berfikir hingga mendapatkan sebuah ide. Ia mengajukan syarat kepada Bandung Bondowoso. “Baiklah. Aku akan menerima pinanganmu dengan satu syarat. Aku ingin kamu membuatkan seribu candi untukku dalam waktu semalam. Jika kamu tidak mampu melakukannya, aku tidak bersedia menikah denganmu”, tantang Roro Jonggrang. Ia berfikir Bandung Bondowoso tidak akan sanggup memenuhi permintaannya.
“Seribu?” teriak Bandung Bondowoso. Ia berfikir beberapa saat menyetujuinya. “Baiklah. Aku akan memenuhi permintaanmu”.




Bandung Bondowoso kembali ke istananya, ia bertanya pada penasehatnya. “Bagaimana mungkin aku dapat melakukannya?”.
“Aku yakin tuan Raja dapat melakukannya. Bukankah tuan dapat meminta bantuan para jin untuk melakukannya?” usul penasehat.
“Kamu benar sekarang. Siapkan peralatan yang aku butuhkan”, perintah Bandung Bondowoso.
Tidak berapa lama, semua peralatan yang diminta Bandung Bondowoso telah siap. Ia berdiri di depan altar, lalu merentangkan kedua tangannya. “Pasukan jin, datanglah !” teriak Bandung Bondowoso.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan langit hitam, “Ada apa tuan memanggil kami?” Tanya para jin.
“bantulah aku untuk membuat seribu candi dalam waktu semalam,” pinta Bandung Bondowoso.
Setelah itu, para jin sibuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Belum sampai tengah malam, candi yang dibuat sudah sangat banyak. Roro Jonggrang yang mengawasi dari kejauhan tampak cemas jika Bandung Bondowoso berhasil memenuhi persyaratannya.
“Apa yang harus aku lakukan? Sepertinya pekerjaan itu akan selesai sebelum terbit fajar”, tanya Roro Jonggrang dalam hati.
Roro Jonggrang mulai mencari akal akhirnya ia mengumpulkan dayang-dayang istana. “Dayang-dayang tolong kalian bantu aku untuk mengumpulkan jerami. Setelah terkumpul, cepat bakar jerami itu !” perintah Roro Jonggrang. “Baik tuanku putri”, jawab para dayang.
Para dayang segera melaksanakan perintah Roro Jonggrang. Setumpuk demi setumpuk jerami dikumpulkan. Setelah cukup banyak, jerami tersebut dibakar. Api dari bakaran jerami itu menyebabkan langit berwarna jingga. Hal ini menyebabkan warna langit menyerupai fajar yang mulai menyingsing. Roro Jonggrang juga meminta sebagian dari para dayang untuk menumbuk lesung seperti kegiatan pada pagi hari.
“Hai lihat, langit sudah mulai cerah! pasti matahari sebentar lagi akan terbit. Pendudukpun sudah mulai bekerja. Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita terbakar matahari !” teriak para jin. Para jin akhirnya lari berhamburan meninggalkan pekerjaan mereka.
Pagi harinya, Bandung Bondowoso mengira bahwa pekerjaan para jin sudah selesai untuk membuat seribu candi. Ia pun mengajak Roro Jonggrang untuk berjalan-jalan melihat sekitar candi.
“Lihatlah Roro Jonggrang, betapa hebatnya aku mampu memenuhi persyaratanmu untuk membuat seribu candi. Sebentar lagi kau akan menjadi permaisuriku”, ucap Bandung Bondowoso.
“Jangan yakin dulu Bandung Bondowoso. Lebih baik kau hitung dulu candi itu ! benarkah ada seribu candi ?” kata Roro Jonggrang.
“Tentu saja aku yakin. Kalau kau tidak percaya, ayo kita hitung !”, ucap Bandung Bondowoso dengan nada yakin.




Satu demi satu candi itu dihitung. Tibalah candi terakhir yang dihitung. Ternyata hitungan candi hanya sampai Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan. Bandung Bondowoso yang mengetahui bahwa candinya kurang satu tampak murka. Dengan murkanya, ia menunjuk Roro Jonggrang dan berkata, “Kalau begitu, kaulah yang akan melengkapi candiku yang ke seribu !”.
Tiba-tiba, Roro Jonggrang berubah menjadi patung batu. Sampai sekarang, patung batu Roro Jonggrang dan Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan candi masih dapat kita di daerah Yogyakarta. Candi itu bernama Candi Prambanan atau juga biasa disebut Candi Roro Jonggrang.